Kumpulan artikel tentang IT, Informatika, Tutorial VB, Elektro, Mikrokontroler serta Kumpulan Puisi & Cerpen

Sabtu, Maret 21, 2009

Kegagalan Dakwah dan Harapan Penyelesaiannya

Di kawasan Asia Tenggara dewasa ini, di mana berbagai kekuatan giat untuk menggunting dan berusaha melemahkan Islam, maka Dakwah Islamiyah dituntut untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang jernih dan utuh terhadap berbagai upaya dan rencana yang diletakkan oleh berbagai kekuatan yang ingin menjegal penyebaran Islam.
Di Indonesia, sebagai contoh, gerakan Dakwah Islam telah gencar dimulai sejak dekade tigapuluhan pada abad duapuluh, atas inisiatif dan usaha sebagian aktivis Islam dan para reformis muslim pada saat itu.
Terutama setelah dipersatukannya Kerajaan Saudi Arabia di bawah panji-panji Tauhid, dengan komandannya, al-maghfurlah raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al-Suud.
Begitu besar perhatian raja Abdul Aziz terhadap kondisi kaum muslimin di seluruh belahan bumi, sehingga kepedulian beliau itu membuahkan gaung yang sangat besar bagi dakwah tauhid ini ke seluruh dunia. Di Asia Tenggara, dakwah tauhid ini menyebar melalui kaum muslimin dari kawasan itu yang datang berhaji ke dua tempat suci, Mekkah dan Madinah. Mereka kemudian sadar akan pentingnya bagi ummat Islam agar kembali kepada keberagamaan secara benar, dengan berpegang teguh kepada Sunnah Nabi SAW. Sesudah para hujjaj itu kembali ke negeri mereka masing-masing, mereka telah mendapatkan bekal pemahaman yang benar tentang Islam yang di kemudian hari, sangat membantu mereka untuk bergiat dalam penyebaran Aktivitas Dakwah di kawasan Asia Tengara.
Lahirlah Organisasi Islam Al-Irsyad, yang dipelopori oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad Surkati, sebagai salah satu dari organisasi-organisasi Islam terkemuka yang memiliki planning dan sasaran-sasaran yang ditetapkan setelah melalui riset di lapangan, dan bekerja atas dasar manhaj yang jelas dengan merujuk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan begitu, Al-Irsyad telah membangun eksistensinya di tengah medan Aktivitas Islam di kawasan Asia Tenggara, melalui proyek-proyek besar yang sudah mereka canangkan di sektor-sektor pendidikan, budaya, pelayanan sosial, dan kesehatan.
Berdirilah pula organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 M. yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan, yang bergerak di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Kemudian lahir oraganisasi Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 M. didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari yang bergerak di bidang pendidikan, ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Dan organisasi AL-Khairot yang didirikan oleh orang-orang keturunan arab dari kaum Alawiyyin di Sulawesi, kemudian didukung oleh orang-orang Indonesia yang menaruh simpati kepada mereka. Berdiri pula Jam'iyah Al-Wasliyah sebagai salah satu organisasi Islam yang memiliki banyak anggota. Dan Organisasi PERSIS (Persatuan Islam), yang memproklamirkan diri sebagai Jam'iyah Salafiyah yang punya perhatian khusus dalam mempelajari kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab dan kitab-kitab Salafiyah lainnya.
Itulah beberapa organisasi Islam yang aktif di medan dakwah di Indonesia. Tidak sedikit organisasi-organisasi ini yang memiliki berbagai sarana seperti sekolah, masjid, pesantren dan universitas-universitas. Sekalipun demikian, kondisi kaum muslimin di Indonesia masih lemah dan terbelakang di berbagai segi, terutama kelemahan mereka di bidang akidah, budaya, sosial dan ekonomi.

Permasalahan
Lembaga dakwah, da'i, muballigh, perorangan, maupun secara bersama-sama pada umumnya sebagai lembaga yang gagal. Gagal menyeru, mengajak oang-orang pada kebaikan, pada kebajikan. Gagal mencegah, mengantisipasi orang-orang dari kejahatan, dari kebejatan. Gagal memasyarakatkan, mensosialisasikan pesan-pesan ajaran Islam. Gagal memasyarakatkan rambu-rambu pencegah konflik sosial. Gagal menanamkan benih masyarakat marhamah, masyarakat IMTAQ. Pandangan demikian memang pesimis.
Motivasi dakwah perlu ditinjau, diluruskan kembali. Apa memang benar untuk menyelamatkan orang-orang dari murka Allah, dari hukuman Allah. Atau hanya sebagai profesi untuk mendapatkan profit duniawi, dan bukan sebagai pelanjut risalah profetis (nubuwah) ?
Setan-setan - melalui berbagai media - membisikkan bahwa tiap jasa yang diberikan oleh seseorang, harus mendapat imbalan yang semestinya, juga di bidang dakwah. Seorang Muballigh yang harus menyisihkan waktunya yang berharga untuk pergi berdakwah selayaknya mendapat ganti rugi yang pantas. Demikian juga seorang pengarang yang menghasilkan tulisan-tulisan bernada dakwah, atau karya-karya lain-lain yang dapat mendatangkan keuntungan, pantas juga menuntut honorarium, atau royalty dari karya-karyanya yang dihasilkan (berorientasi pada profit duniawi).
Sudah lampau masanya -bisiny selanjutnya _ bahwa para muballigh harus berani merana untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama, para guru-guru agama bersedia berpakaian kumal, asal saja dapat memberi pelajaran, dan para penulis dengan perut kosong harus menghasilkan karangan-karangan bernada dakwah (PANJI MASYARAKAT, No.175, 15 April 1976, hal 16-18).
Hubungan antara pelaku dakwah dengan objek dakwah dapat disimak dari sabda Rasulullah berikut : "Perumpamaan aku dengan kamu, bagaikan seorang yang menyalakan api. Semua kupu-kupu dan laron berkerumun pada api itu. Orang menghalaukan binatang-binatang itu dari padanya. Saya selalu menarik kamu dari belakang agar jangan sampai kamu masuk ke dalam api. Tetapi kamu selalu melepaskan diri dari tanganku" (HR Muslim dari Jabir. Aku memegangi tali pinggangmu untuk menyelamatkan kamu, tetapi kamu memaksa masuk ke dalam api itu (Salim Bahreisy : "Tarjamah Riadhus Shalihin" I, 1983, hal 172, hadis 8).

Harapan dan Saran Penyelesaian
Pelaksanaan dakwah haruslah terprogram rapi, serius, sistimatis, terarah, berkesinambungan. Bukan asal-asalan, acak-acakan. Benar-benar serius memanfa'atkan segenap tenaga, pikiran, dana, kemampuan untuk menyelamatkan orang-orang agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.
Musuh-musuh Islam punya program rinci, sistimatis untuk memurtadkan orang-orang Islam. Ada program jangka pendek, ada program jangka panjang. Ada program satu tahun, lima tahun, dua puluh lima tahun, lima puluh tahun. Dakwah Islam harus punya program jelas, terarah, terukur, teratur. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah anggota jama'ah shubuh, kenaikan jumlah anggota jama'ah Jum'at untuk selang waktu tertentu. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah orang yang bisa baca-tulis Qur’an, kenaikan jumlah orang yang bisa baca-tulis Hadits, kenaikan jumlah orang yang bisa khutbah Jum'at untuk selang periode tertentu. Berapa persen ditargetkan menurunnya jumlah pencopet, penodong, pemerkosa, pengamen, pemulung, pelacur, pemabuk, pejudi, penjarah untuk selang waktu tertentu.
Hasil dakwah perlu dievaluasi secara berkala. Sudah berapa persen target tercapai. Apa saja kendala yang merintangi keberhasilan. Tentukan indikator-indikator keberhasilan. Tentukan langkah, program kerja berikutnya. Program kerja berikut merupakan koreksi program sebelumnya. Penataan kegiatan dakwah barangkali perlu mengadopsi fungsi operasi managemen, mencakup fungsi perencanaan (planning, programming), fungsi organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi coordinating, fungsi pengawasan (controlling). Dalam program kerja antara lain diperhatikan tentang sasaran, pelaku (man), dana (money), waktu, metode dakwah.
Selama ini dakwah hanya berkutat sebatas tekstual ajaran Islam. Kurang menjangkau, menyentuh pesan ajaran Islam secara konstekstual. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya kikir, bakhil terhadap diri pribadi dan terhadap masyrakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya rakus, tamak, serakah terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya dengki terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis dari sifat dan sikap seperti itu yang dicela Islam.
Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh memusatkan diri menyampaikan tuntunan, panduan Islam dalam mencegah timbulnya konflik sosial, baik konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara majikan dan pelayan, antara penguasa dan rakyat) maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama penguasa, antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran "dalam" yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang secara konkrit.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kalender Hijriah


Jadwal Sholat


Subscribe

kirim update terbaru dari

Blog Irda langsung ke Email anda!


Komentar Terbaru

Site Info

Tukeran link yuk

Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali

Irdaloves Blog

Follower

Blog Archive