Belakangan Ilmu Psikologi bisa menjelaskan bahwa usia di bawah 3 tahun adalah masa pembentukan kepribadian yang amat menentukan yang jika terganggu akan menyebabkan anak berpotensi menjadi anak bermasalah di masa depan. Dalam hal ini Islam telah memastikan dengan aturannya sejak 15 abad yang lalu bahwa seorang anak harus diasuh ibunya dan tidak diganggu pengasuhannya sampai waktu yang cukup.
Diriwayatkan mengenai seorang wanita yang telah mengaku berzina di masa Rasul Saw dan meminta dihukum rajam, saat itu diketahui ia hamil. Rasul Saw kemudian menyuruhnya memelihara kandungan sampai melahirkan. Setelah melahirkan wanita tersebut sekali lagi mendatangi Rasul Saw dan sekali lagi beliau menangguhkan hukuman baginya agar ia bisa menyusui anaknya sampai 2 tahun.
Setelah anak tersebut disapih, barulah sang wanita dihukum rajam hingga meninggal. Subhanallah! Demi hak anak, Nabi Saw telah menangguhkan sebuah hukuman yang secara mutlak disebutkan dalam al-Qur'an yaitu hukuman bagi pezina.
Riwayat di atas dipertegas oleh firman Allah SWT dalam surat al Baqarah ayat 233 yang artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak – anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesangupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya. Dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya, dan permusyawarahan, maka tidak ada dosa bagi keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” { al Baqarah : 233 }
Ayat di atas menarik perhatian kita pada pentingnya pemberian ASI untuk bayi selama dua tahun. Sebagaimana diketahui, ASI adalah satu – satunya yang dibutuhkan setiap bayi. Pada saat kelahiran, Allah menempatkan setiap bayi di bawah perlindungan-Nya dan menyuguhkan kepadanya, laki – laki atau perempuan, dengan satu minuman bergizi tinggi dan tidak ada bandingannya dengan sumber air minum apapun di luar itu.
ASI sangat penting bagi sang bayi, sebab dari detik seorang bayi membuka mata melihat dunia, tubuhnya harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru. Untuk menunjang adaptasi ini, bayi haruslah dipelihara dan dibesarkan dengan sebaik – baik kemudahan yang ada.
ASI adalah sumber makanan paling sempurna dan meningkatkan daya tahan, baik bagi bayi maupun ibu, terhadap serangan penyakit. Para dokter sepakat bahwa makanan bayi buatan manusia boleh digunakan hanya apabila ASI betul-betul tidak mencukupi dan bahwa bayi wajib diberikan air susu ibu, terutama sekali dalam bulan-bulan awal kelahirannya, karena tidak ada bahan makanan lainnya yang dapat sepenuhnya menggantikan ASI.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dianjurkan diberikan sampai bayi berusia enam bulan. Hal ini sudah dicanangkan oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia) dan WHA (World Health Assembly) pada tahun 2002. Semua negara telah menandatangani pencangan tersebut.
Ketua Yayasan ASI Indonesia dr Dien Sanyoto, SpA(K), mengatakan pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan sudah cukup optimal. Fakta menunjukkan, kata dia, ASI ekslusif akan lebih memberikan perlindungan kepada ibu maupun bayi. Asal, itu dilakukan secara serius dan posisi pemberian ASI-nya benar.
Jadi, jelasnya, sampai bayi berusia enam bulan tidak boleh sama sekali diberikan makanan atau minuman lain. Menurut Dien, mereka hanya boleh diberikan ASI. Setelah enam bulan, bayi baru boleh diberi makanan pendamping ASI seperti bubur, buah-buahan. Sedangkan ASI-nya masih diberikan dalam porsi yang masih cukup besar, yaitu sekitar 60 persen. Setelah bayi berusia satu tahun, ASI masih tetap diberikan dengan porsi sekitar 30 persen hingga usianya sampai 2 tahun.
Berbagai penelitian telah membuktikan kalau bayi usia 0 - 6 bulan diberikan hanya ASI saja, pertumbuhannya jauh lebih baik dibanding bayi yang tidak mendapatkan ASI. Mengapa demikian? Di dalam ASI mengandung zat kekebalan yang dapat meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit yang cukup baik. Diantaranya, mengandung lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan bayi.
0 komentar:
Posting Komentar